Tuesday, June 5, 2012

Vitamin Sintetis dan Seluk Beluknya


Banyaknya vitamin sintetis yang beredar di pasaran tetap harus disikapi dengan kehati-hatian. Vitamin adalah ikatan organik yang terdapat dalam bahan makanan yang bukan karbohirat, lemak, protein (tidak menghasilkan energi) dan dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil untuk mengatur metabolisme tubuh. Berbagai proses biologis tubuh memerlukan vitamin agar dapat bekerja dengan baik, seperti pertumbuhan, proses pencernaan, kesigapan mental dan ketahanan tubuh terhadap infeksi.

Vitamin dalam proses tersebut berfungsi sebagai katalis untuk metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Vitamin tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan harus didatangkan dari makanan. Sekarang ini banyak sekali vitamin buatan atau sintetis yang beredar di pasaran dan dijual bebas. Banyak yang beranggapan bahwa vitamin sintetis tersebut boleh diberikan kepada anak bila mereka susah makan. Menurut beberapa ahli gizi, penggantian vitamin dari makanan ke vitamin sintetis atau suplemen boleh dilakukan pada kondisi tertentu saja. Misalnya pada saat anak dalam kondisi sakit yang membuat nafsu makan menurun atau pasca perdarahan. Sebab kalau hanya mengandalkan vitamin dari makanan saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang meningkat dalam kondisi tersebut.

Untuk anak-anak, apabila tidak ada gejala kekurangan, sebaiknya untuk dianjur mengkonsumsi vitamin yang berasal dari makanan yang beraneka ragam. Karena setiap bahan makanan memiliki kandungan zat gizi yang berbeda-beda. Baru jika ada gejala kekurangan salah satu jenis vitamin, dapat ditambahkan dari vitamin sintetis. Anak yang pemilih soal makanan atau tidak mau makan, kurus dan berat badan sulit naik, tidak bisa dijadikan pembenaran untuk memberikan suplemen vitamin secara rutin.

Manfaat atau fungsi dari suplemen vitamin sejatinya hanyalah sebagai pelengkap saja jika ada kekurangan vitamin dalam tubuh. Jadi suplemen vitamin sama sekali tidak dapat digunakan untuk menggantikan vitamin alami yang diperoleh dari makanan. Satu jenis makanan memiliki kombinasi berbagai jenis vitamin dan zat-zat lain seperti nutrisi utama, mineral sampai anti oksidan. Sebagai sampel jeruk misalnya. JEruk tersebut tidak hanya kaya akan vitamin C, tetapi juga mengandung asam folat, kalsium dan serat. Sebutir telor, selain tinggi akan kandungan protein juga mengandung vitamin A, B, D dan E. Jadi ketika anak susah makan, orang tua tetap harus berupaya agar selera makan anak menjadi luas dengan jalan mencari penyebab kenapa anak menjadi susah atau tidak mau makan, atau mencari tahu mengapa berat badan anak sulit untuk naik.

Di dalam ilmu gizi dikenal dengan istilah tolerable upper intake level (TUL), yaitu jumlah zat gizi maksimal yang boleh masuk ke dalam tubuh atau tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan. Contohnya misalnya vitamin C. Angka kecukupan gizi vitamin C (AKG) adalah 75 mg/hari, TUL 2.000 mg/hari. Jadi, jangan mengonsumsi vitamin C lebih dari 2.000 mg/hari, karena bisa jadi efek toksisitas atau keracunan. Untuk kandungan yang berbeda, misalnya kaplet vitamin A, B, dan C sekaligus, disarankan atas petunjuk dokter. Karena bisa diberikan atas indikasi kekurangan beberapa vitamin di dalam tubuh dan dosisnya harus ditentukan sesuai dengan kebutuhan akan vitamin tersebut.

Mengkonsumsi vitamin secara berlebihan atau dengan dosis yang tinggi, justru dapat berakibat buruk bagi anak. Misalnya mengkonsumsi vitamin C atau Zinc dalam dosis yang tinggi, maka mungkin akan berdampak mual, diare dan kram perut bagi si kecil. Selain itu, berlebihan asupan asam folat akan menyembunyikan tanda-tanda adanya kekurangan vitamin B12.

Didapat dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment