Friday, November 2, 2012

Parenting : Bagaimana Membentuk Karakter Si Anak Tunggal ?


Sikap manja cenderung melekat pada anak tunggal. Hal itu bisa terjadi karena berlimpahnya perhatian dari orang tuanya. Ini nantinya yang akan menjadi masalah kelak dikemudian hari. Terkadang ketika orang tua sering memberikan perhatian, jarang sekali orang tua melupakan tuntutan yang dalam spesifik artinya yaitu mendisiplinkan. Kebanyakan treatment dari orang tua terhadap anak tunggal terlalu longgar atau terlalu di berikan banyak toleransi. Jika hal tersebut terjadi, maka yang terjadi adalah anak akan tumbuh seenaknya. Anak tidak tahu bahwa ada batasan yang tidak boleh dilanggar. Harus ditanamkan adanya sikap menghormati dan menghargai sesama.

Mendisiplinkan anak harus dimulai sejak dini. Usia dibawah 10 tahun adalah masa krusial dalam pembentukan karakter anak. Di masa itu kita mengajari anak bagaimana caranya untuk bersikap lebih sabar, bisa berbagi dengan orang disekitarnya dan tidak egois. Sebagai anak satu-satunya dalam keluarga, kondisi yang harus dihadapi adalah dia tidak mempunyai teman berbagi. Nah, untuk mengenalkan konsep berbagi sejak dini, orang tua bisa melatih anak berbagi dengan penghuni rumah, misalnya dengan sopir keluarga atau pembantu yang ada di rumah. Bisa pula dengan anak tetangga, teman mainnya. Disamping itu, kenalkan dia dengan lingkungan pergaulan. Perlu ada sosok kakak atau adik serta teman sebaya. Itu bisa didapat dari saudara sepupu atau teman di lingkungan sekolah maupun rumah.

Jika si anak di usia sekolah, ikutkan dia dalam kegiatan yang banyak bersosialisasi, seperti kegiatan kepramukaan satu misal. Kegiatan itu bermanfaat untuk melatih jiwa tolong menolong dan berbagi dengan yang lain. Dari situ, anak juga bisa belajar untuk tidak mengutamakan kepentingan sendiri. Orang tua harus juga member contoh kepada anak membiasakan kata kunci seperti, maaf, tolong, terima kasih. Kata-kata tersebut juga bermanfaat dalam pembentukan karakter si anak tunggal untuk selalu menghargai orang lain dan tidak bersikap egois atau seenaknya terhadap lingkungan sekitar. Dan yang paling penting adalah konsistensi orang tua dalam pemberian contohnya. Bila masa krusial 0-10 tahun itu telah lewat, maka kita akan lebih sulit lagi dalam membentuk karakter anak. Bila si anak tidak berkarakter, maka dia akan menjadi monster, menjadi pemberontak, dan pemanja. Apa itu keinginan kita sebagai orang tuanya?

Cara memberikan perhatian dan sekaligus membentuk karakter anak hanya bisa dilakukan apabila orang tua memiliki waktu. Dengan waktu yang longgar, ayah dan bunda bisa merancang berbagai aktifitas bersama si anak. Anak tunggal yang kedua orang tuanya bekerja tentu akan merasa kesepian di rumah. Kita harus waspada jika si anak menjadi anak yang pemurung karena merasa tidak memiliki teman untuk berkomunikasi. Jadi usahakan, luangkanlah waktu untuk si anak. Dan ketika pada rentang waktu orang tua bekerja, pastikan si anak mempunyai teman. Bisa kakek atau neneknya, bisa saudara atau teman-temannya. Itu bertujuan agar si anak tidak merasa kesepian.

Waktu luang bersama si anak bisa kita manfaatkan untuk melakukan kegiatan bersama yang bertujuan untuk menanamkan norma dan membentuk karakter anak. Sebagai contoh, ajak anak kita ke panti asuhan utuk mengajarkan bagaimana cara menghargai sesama. Orang tua juga jangan ketinggalan dengan perkembangan teknologi. Harus selalu update, sebab anak-anak sekarang selalu update dengan teknologi. Ini perlu karena orang tua harus memberikan batasan dan pengawasan kepada anak-anak. Tidak apa-apa si anak main internet atau game asal tugas utamanya yaitu belajar telah diselesaikan. Jadi jangan terlalu pasif hingga anak kecanduan dengan teknologi tersebut.

Didapat dari berbagai sumber…….

No comments:

Post a Comment