Wednesday, June 13, 2012

Kesadaran Mengkonsumsi Susu di Indonesia Masih Kurang



Jakarta – Program minum segar di sekolah-sekolah yang digulirkan oleh Dewan Persusuan Nasional disambut positif oleh beberapa kalangan yang peduli dengan gizi anak-anak usia produktif. Program tersebut diharapkan mampu memberikan konstribusi kepada masyarakat luas, khususnya pada tingkat konsumsi susu di Indonesia yang mengalami penurunan.

Anggota Dewan Persusuan Nasional, Dr. Ir. Rochadi Tawaf, MS sangat menyayangkan konsumsi susu di Indonesia yang dinilai masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Dia menyatakan bahwa jumlah konsumsi susu di Indonesia justru masih jauh dibawah Singapura dan Malaysia. “Negara tetangga terdekat saja memiliki tingkat konsumsi yang lebih tinggi,”katanya.

Menurut Rochadi, ada beberapa hal yang mengakibatkan konsumsi susu di Indonesia rendah. Diantaranya, kurangnya kesadaran dan informasi akan manfaat susu. Selain itu, ketersediaan susu kurang merata di beberapa daerah. Oleh sebab itu, Dewan Persusuan Nasional meminta para peternak terus memproduksi susu didalam negeri meski setahun terakhir impor susu sebagai bahan baku Industri Pengolahan Susu dari Australia semakin gencar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai impor susu pada Januari-April 2011 mencapai USD 30,05 juta. NIlai itu naik 96,48 persen jika dibandingkan dengan empat bulan pertama 2010 yang hanya sebesar USD 15,29 juta.

Melihat data-data tersebut, Dewan Persusuan Nasional mendorong pemerintah pusat berkoordinasi dengan pihak terkait untuk meningkatkan produksi susu. Di Indonesia, jumlah sapi perah mencapai 496 ribu ekor dengan produktifitas sekitar 3.000 liter/laktasi dan mampu memproduksi susu segar sekitar 1.800 ton per hari. “Sekitar 90 persen susu segar yang dihasilkan, dipasarkan sebagai bahan baku ke Industri Pengolahan Susu. Untuk produksi dalam negeri, kita baru berkontribusi sekitar 30 persen,” jelasnya.

No comments:

Post a Comment