Wednesday, November 21, 2012

Harga Batubara di Tahun 2012 Masih Belum Jelas


Jakarta – Akibat harga batubara yang berada di kisaran USD 80 per ton yang yang masih jauh dari harga normal USD 100 per ton, membuat kineja perusahaan tambang batubara pada tahun 2012 tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya. Itu juga merupakan imbas dari krisis yang melanda Amerika dan Eropa yang membuat harga batubara kian susah bergeraik naik. Prediksi harga naik baru sekitar setelah semester pertama 2013. Hal tersebut juga membuat tertekan saham-saham perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Pada penutupan  perdagangan Rabu 14 Nopember 2012, indeks pertambangan tergerus 25,49 persen secara year to date jika dibandingkan akhir 2011. Kondisi yang sedemikian dapat merepresentasikan kinerja emiten tambang batubara karena beberapa pemain besar di bidang tersebut telah berubah menjadi perusahaan terbuka.

Hingga saat ini ekspektasi pelaku pasar kepada perusahaan pertambangan masih tinggi. Hal ini disampaikan Reza Priyambada selaku Kepala Riset PT Trust Securities. Tetapi pada kenyataannya, Moody’s Investors Service memangkas peringkat utang  beberapa emiten di sektor itu. Misalnya PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) Tbk, PT Bumi Resources (BUMI) Tbk, dan PT Berau Coal (BRAU) Tbk pada awal semester II tahun 2012. “Kinerja emiten batubara masih menunjukkan pelemahan hingga pertengahan kuartal II tahun 2013,” lanjut Reza. Meski begitu, perusahaan pertambangan yang mengantongi kontrak jangka panjang sejak tahun 2011 masih sedikit tertolong. Hal tersebut disebabkan karena kontrak tersebut masih berpatokan pada harga sebelumnya yang lebih tinggi daripada harga saat ini. Indo Tambangraya dan BRAU adalah dua diantaranya yang menikmati kontrak jangka panjang.

Hal-hal lain selain masalah harga, tekanan juga datang dari potensi penurunan jumlah pasokan kebutuhan dalam negeri. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada akhir Oktober lalu juga memutuskan untuk memangkas Domestic Market Obligation / DMO 2013 sekitar 15 juta ton menjadi 67,25 juta dari 82,07 juta ton yang direncanakan. Bob Kamandanu dari Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia memaparkan bahwa dampak penurunan DMO sangat besar, terutama kepada perusahaan skala kecil dan menengah di beberapa daerah. Mereka belum tentu bisa bertahan sampai keadaan membaik yang diperkirakan setelah semester I tahun 2013. Untuk saat ini saja, diantara 32 perusahaan batubara di Jambi yang mampu bertahan hanyalah empat perusahaan. Yang lainnya menghentikan kegiatan operasinya karena mengalami kerugian. “Padahal, perusahaan-perusahaan kecil mempunyai peranan penting untuk eksistensi perusahaan batubara berskala besar yang tercatat di BEI,” lanjut Bob. Namun Bob tetap optimis, permintaan dan harga batubara kembali normal pada kuartal II tahun 2013. Kenaikan harga batubara sudah terlihat walau belum begitu signifikan yakni tidak akan lebih dari USD 90 per ton. Bob yakin, pada kuartal II tahun 2013 harga batubara akan normal kembali menjadi USD 100 per ton. (OC)

No comments:

Post a Comment