Monday, March 12, 2012

Bagaimana Mendeteksi Tumbuh Kembang Anak Sejak Dini ?

Mendeteksi pertumbuhan dan perkembangan anak harus dilakukan sejak dini. Sebagai orang tua kita harus mengetahui tahapan-tahapan perkembangan anak kita dan memaksimalkan segala faktor yang mendukung perkembangannya, karena buah hati merupakan harta yang sangat berharga bagi kedua orang tua.


Tumbuh kembang si kecil harus sering diperhatikan agar pertumbuhan anak bisa sempurna. Oleh sebab itu sebaiknya setiap orang tua wajib mengetahui apakah si anak memiliki kemampuan sesuai dengan tolak ukur anak-anak pada umumnya (milestone) atau belum. Prof. Moersintowarti B. Narendra, dr, MSc, SpA(K) menjelaskan, masa-masa milestone itu dilihat berdasarkan beberapa tahap. Diantaranya masa intra uterine (dalam rahim atau sebelum lahir), masa bayi (0-12 bulan), masa anak-anak (toddler) usia 1-3 tahun, masa usia anak prasekolah (3-6 tahun), termasuk masa emas merupakan masa persiapan untuk memasuki masa sekolah dasar di Indonesia usia 7 tahun, masa sekolah (7-15 tahun), masa remaja (15-18 tahun) dan masa dewasa (diatas 18 tahun). Untuk masa intra uterine (dalam rahim atau sebelum lahir), cara mendeteksi tumbuh kembang yang bisa dilihat misalnya dari bertambahnya berat badan (BB) bunda hamil, serta perkembangan gerakan janin.

Untuk masa bayi (0-12  bulan) terbagi menjadi dua yaitu masa neonates dan sesudah neonates. Masa neonates adalah dimana bayi baru lahir hingga usia 1 bulan. Pada masa itu, pertumbuhan dan perkembangan masih cepat dalam ukuran berat badan dan ukuran tubuh lainnya. Sedangkan untuk masa sesudah neonates (1-12 bulan), bunda bisa memperhatikan perkembangan gerakan motorik kasar. Sebagai contohnya misalnya, apakah si kecil bisa memiringkan badan, tengkurap, duduk, merangkak, dan akhirnya berjalan. Perhatikan pula gerakan motorik halusnya, misalnya meraba dan memegang. Perkembangan sosial dan perilaku juga bisa dideteksi. Pada masa ini, si kecil bisa melakukan beberapa hal seperti menatap, menangis, tesenyum dan mengenali orang. Disamping itu perkembangan berbahasa, mulai dari mengoceh hingga bisa berbicara beberapa kata.

Dengan deteksi milestone yang bisa dikenali, maka sebaiknya orang tua juga mengenali beberapa jenis gangguan dari tumbuh kembang si kecil. Jika milestone si kecil tidak sempurna, bisa mengalami gangguan yang bisa berdampak pada motorik halus dan motorik kasarnya. Hal ini diungkapkan oleh Prof. Darto Suharso, dr, SpA(K) dari SMF Kesehatan Anak Divisi Neurologi RSUD dr Soetomo/FK Unair Surabaya.
Sebagai contoh misalnya, pada usia 10-12 bulan, si kecil belum bisa berbicara kata-kata sederhana seperti memanggil papa atau mama. Atau si kecil belum bisa berjalan pada usia 13-14 bulan. Bisa juga buah hati memiliki IQ tinggi tetapi memiliki kesulitan untuk berkomunikasi sehingga menjadi hyperaktif. Salah satu penyebab gangguan pertumbuhan yang bisa mempengaruhi baik fisik ataupun psikis adalah kekurangan gizi. Si kecil bisa saja memiliki perawakan pendek sehingga kemampuan fisiknya terbatas dan tidak percaya diri, pada saat dewasa nantinya dia mungkin saja bakal sulit mendapatkan pekerjaan yang mensyaratkan tinggi badan tertentu. Dia juga mudah sakit yang memungkinkannya menjadi kelompok anak berkebutuhan khusus.

Dengan adanya permasalahan tersebut, kesadaran masyarakat perlu digalang untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anaknya sejak sebelum pernikahan berlangsung. Pendidikan tentang tumbuh kembang anak sejak dini perlu diberikan kepada calon orang tua, termasuk para remaja sehingga mereka memahami proses tumbuh kembang dirinya dan dapat merencanakan masa depan keluarganya kelak. Salah satu solusi yang sudah diberikan adalah memberikan penyuluhan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak kepada masyarakat, petugas kesehatan, ibu-ibu dan guru-guru yang sudah dilakukan sejak tahun2005. Seperti pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala anak, penggunaan buku kesehatan ibu dan anak serta Kartu Menuju Sehat (KMS) secara teratur.

No comments:

Post a Comment