Jakarta
– Program minum segar di sekolah-sekolah yang digulirkan oleh Dewan Persusuan
Nasional disambut positif oleh beberapa kalangan yang peduli dengan gizi
anak-anak usia produktif. Program tersebut diharapkan mampu memberikan
konstribusi kepada masyarakat luas, khususnya pada tingkat konsumsi susu di
Indonesia yang mengalami penurunan.
Anggota
Dewan Persusuan Nasional, Dr. Ir. Rochadi Tawaf, MS sangat menyayangkan
konsumsi susu di Indonesia yang dinilai masih rendah jika dibandingkan dengan
negara-negara berkembang lainnya. Dia menyatakan bahwa jumlah konsumsi susu di
Indonesia justru masih jauh dibawah Singapura dan Malaysia. “Negara tetangga
terdekat saja memiliki tingkat konsumsi yang lebih tinggi,”katanya.
Menurut
Rochadi, ada beberapa hal yang mengakibatkan konsumsi susu di Indonesia rendah.
Diantaranya, kurangnya kesadaran dan informasi akan manfaat susu. Selain itu,
ketersediaan susu kurang merata di beberapa daerah. Oleh sebab itu, Dewan Persusuan
Nasional meminta para peternak terus memproduksi susu didalam negeri meski
setahun terakhir impor susu sebagai bahan baku Industri Pengolahan Susu dari
Australia semakin gencar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai impor
susu pada Januari-April 2011 mencapai USD 30,05 juta. NIlai itu naik 96,48
persen jika dibandingkan dengan empat bulan pertama 2010 yang hanya sebesar USD
15,29 juta.
Melihat
data-data tersebut, Dewan Persusuan Nasional mendorong pemerintah pusat
berkoordinasi dengan pihak terkait untuk meningkatkan produksi susu. Di
Indonesia, jumlah sapi perah mencapai 496 ribu ekor dengan produktifitas
sekitar 3.000 liter/laktasi dan mampu memproduksi susu segar sekitar 1.800 ton
per hari. “Sekitar 90 persen susu segar yang dihasilkan, dipasarkan sebagai
bahan baku ke Industri Pengolahan Susu. Untuk produksi dalam negeri, kita baru
berkontribusi sekitar 30 persen,” jelasnya.
No comments:
Post a Comment