Banyaknya
vitamin sintetis yang beredar di pasaran tetap harus disikapi dengan
kehati-hatian. Vitamin adalah ikatan organik yang terdapat dalam bahan makanan
yang bukan karbohirat, lemak, protein (tidak menghasilkan energi) dan
dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil untuk mengatur metabolisme tubuh. Berbagai
proses biologis tubuh memerlukan vitamin agar dapat bekerja dengan baik,
seperti pertumbuhan, proses pencernaan, kesigapan mental dan ketahanan tubuh
terhadap infeksi.
Vitamin
dalam proses tersebut berfungsi sebagai katalis untuk metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. Vitamin tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan harus
didatangkan dari makanan. Sekarang ini banyak sekali vitamin buatan atau
sintetis yang beredar di pasaran dan dijual bebas. Banyak yang beranggapan
bahwa vitamin sintetis tersebut boleh diberikan kepada anak bila mereka susah
makan. Menurut beberapa ahli gizi, penggantian vitamin dari makanan ke vitamin
sintetis atau suplemen boleh dilakukan pada kondisi tertentu saja. Misalnya
pada saat anak dalam kondisi sakit yang membuat nafsu makan menurun atau pasca
perdarahan. Sebab kalau hanya mengandalkan vitamin dari makanan saja tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang meningkat dalam kondisi tersebut.
Untuk
anak-anak, apabila tidak ada gejala kekurangan, sebaiknya untuk dianjur
mengkonsumsi vitamin yang berasal dari makanan yang beraneka ragam. Karena
setiap bahan makanan memiliki kandungan zat gizi yang berbeda-beda. Baru jika
ada gejala kekurangan salah satu jenis vitamin, dapat ditambahkan dari vitamin
sintetis. Anak yang pemilih soal makanan atau tidak mau makan, kurus dan berat
badan sulit naik, tidak bisa dijadikan pembenaran untuk memberikan suplemen
vitamin secara rutin.
Manfaat
atau fungsi dari suplemen vitamin sejatinya hanyalah sebagai pelengkap saja
jika ada kekurangan vitamin dalam tubuh. Jadi suplemen vitamin sama sekali
tidak dapat digunakan untuk menggantikan vitamin alami yang diperoleh dari
makanan. Satu jenis makanan memiliki kombinasi berbagai jenis vitamin dan
zat-zat lain seperti nutrisi utama, mineral sampai anti oksidan. Sebagai sampel
jeruk misalnya. JEruk tersebut tidak hanya kaya akan vitamin C, tetapi juga
mengandung asam folat, kalsium dan serat. Sebutir telor, selain tinggi akan
kandungan protein juga mengandung vitamin A, B, D dan E. Jadi ketika anak susah
makan, orang tua tetap harus berupaya agar selera makan anak menjadi luas
dengan jalan mencari penyebab kenapa anak menjadi susah atau tidak mau makan,
atau mencari tahu mengapa berat badan anak sulit untuk naik.
Di
dalam ilmu gizi dikenal dengan istilah tolerable upper intake level (TUL),
yaitu jumlah zat gizi maksimal yang boleh masuk ke dalam tubuh atau tidak
menimbulkan resiko terhadap kesehatan. Contohnya misalnya vitamin C. Angka
kecukupan gizi vitamin C (AKG) adalah 75 mg/hari, TUL 2.000 mg/hari. Jadi,
jangan mengonsumsi vitamin C lebih dari 2.000 mg/hari, karena bisa jadi efek
toksisitas atau keracunan. Untuk kandungan yang berbeda, misalnya kaplet
vitamin A, B, dan C sekaligus, disarankan atas petunjuk dokter. Karena bisa
diberikan atas indikasi kekurangan beberapa vitamin di dalam tubuh dan dosisnya
harus ditentukan sesuai dengan kebutuhan akan vitamin tersebut.
Mengkonsumsi
vitamin secara berlebihan atau dengan dosis yang tinggi, justru dapat berakibat
buruk bagi anak. Misalnya mengkonsumsi vitamin C atau Zinc dalam dosis yang
tinggi, maka mungkin akan berdampak mual, diare dan kram perut bagi si kecil.
Selain itu, berlebihan asupan asam folat akan menyembunyikan tanda-tanda adanya
kekurangan vitamin B12.
Didapat dari
berbagai sumber
No comments:
Post a Comment