Mendeteksi pertumbuhan dan
perkembangan anak harus dilakukan sejak dini. Sebagai orang tua kita harus
mengetahui tahapan-tahapan perkembangan anak kita dan memaksimalkan segala
faktor yang mendukung perkembangannya, karena buah hati merupakan harta yang sangat
berharga bagi kedua orang tua.
Tumbuh kembang si kecil harus
sering diperhatikan agar pertumbuhan anak bisa sempurna. Oleh sebab itu
sebaiknya setiap orang tua wajib mengetahui apakah si anak memiliki kemampuan
sesuai dengan tolak ukur anak-anak pada umumnya (milestone) atau belum. Prof. Moersintowarti B. Narendra, dr, MSc,
SpA(K) menjelaskan, masa-masa milestone
itu dilihat berdasarkan beberapa tahap. Diantaranya masa intra uterine (dalam rahim atau sebelum lahir), masa bayi (0-12
bulan), masa anak-anak (toddler) usia 1-3 tahun, masa usia anak prasekolah (3-6
tahun), termasuk masa emas merupakan masa persiapan untuk memasuki masa sekolah
dasar di Indonesia usia 7 tahun, masa sekolah (7-15 tahun), masa remaja (15-18
tahun) dan masa dewasa (diatas 18 tahun). Untuk masa intra uterine (dalam rahim
atau sebelum lahir), cara mendeteksi tumbuh kembang yang bisa dilihat misalnya
dari bertambahnya berat badan (BB) bunda hamil, serta perkembangan gerakan
janin.
Untuk masa bayi (0-12 bulan) terbagi menjadi dua yaitu masa neonates dan sesudah neonates. Masa neonates adalah dimana bayi baru lahir hingga usia 1 bulan. Pada
masa itu, pertumbuhan dan perkembangan masih cepat dalam ukuran berat badan dan
ukuran tubuh lainnya. Sedangkan untuk masa sesudah neonates (1-12 bulan), bunda bisa memperhatikan perkembangan
gerakan motorik kasar. Sebagai contohnya misalnya, apakah si kecil bisa
memiringkan badan, tengkurap, duduk, merangkak, dan akhirnya berjalan.
Perhatikan pula gerakan motorik halusnya, misalnya meraba dan memegang.
Perkembangan sosial dan perilaku juga bisa dideteksi. Pada masa ini, si kecil
bisa melakukan beberapa hal seperti menatap, menangis, tesenyum dan mengenali
orang. Disamping itu perkembangan berbahasa, mulai dari mengoceh hingga bisa
berbicara beberapa kata.
Dengan deteksi milestone yang bisa dikenali, maka
sebaiknya orang tua juga mengenali beberapa jenis gangguan dari tumbuh kembang
si kecil. Jika milestone si kecil
tidak sempurna, bisa mengalami gangguan yang bisa berdampak pada motorik halus dan
motorik kasarnya. Hal ini diungkapkan oleh Prof. Darto Suharso, dr, SpA(K) dari
SMF Kesehatan Anak Divisi Neurologi RSUD dr Soetomo/FK Unair Surabaya.
Sebagai contoh misalnya, pada
usia 10-12 bulan, si kecil belum bisa berbicara kata-kata sederhana seperti
memanggil papa atau mama. Atau si kecil belum bisa berjalan pada usia 13-14
bulan. Bisa juga buah hati memiliki IQ tinggi tetapi memiliki kesulitan untuk
berkomunikasi sehingga menjadi hyperaktif.
Salah satu penyebab gangguan pertumbuhan yang bisa mempengaruhi baik fisik
ataupun psikis adalah kekurangan gizi. Si kecil bisa saja memiliki perawakan
pendek sehingga kemampuan fisiknya terbatas dan tidak percaya diri, pada saat
dewasa nantinya dia mungkin saja bakal sulit mendapatkan pekerjaan yang mensyaratkan
tinggi badan tertentu. Dia juga mudah sakit yang memungkinkannya menjadi
kelompok anak berkebutuhan khusus.
Dengan adanya permasalahan
tersebut, kesadaran masyarakat perlu digalang untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anaknya sejak sebelum pernikahan berlangsung. Pendidikan tentang tumbuh
kembang anak sejak dini perlu diberikan kepada calon orang tua, termasuk para
remaja sehingga mereka memahami proses tumbuh kembang dirinya dan dapat
merencanakan masa depan keluarganya kelak. Salah satu solusi yang sudah
diberikan adalah memberikan penyuluhan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak kepada masyarakat, petugas kesehatan, ibu-ibu dan guru-guru
yang sudah dilakukan sejak tahun2005. Seperti pengukuran berat badan, tinggi
badan, lingkaran kepala anak, penggunaan buku kesehatan ibu dan anak serta
Kartu Menuju Sehat (KMS) secara teratur.
No comments:
Post a Comment