Banyak
ibu muda yang mengeluh menghabiskan ratusan ribu hingga jutaan rupiah dalam
sebulan untuk membeli susu formula. Tetapi hal tersebut tidak akan terjadi pada
ibu yang memberikan Air Susu Ibu (ASI) hingga anak berusia 2 tahun dan membuat
sendiri makanan pendamping ASI. Tidak
ada kata mahal untuk memberikan asupan makanan bergizi pada tahun pertama untuk
si buah hati. Karena , seorang ibu diberi anugerah sepasang payudara yang
memproduksi ASI sebagai makanan pertama bayi.
Jika
dibandingkan, kandungan ASI merupakan yang terlengkap dan tidak tertandingi,
karena mengandung zat gizi yang secara khusus diperlukan untuk menunjang proses
tumbuh kembang otak dan memperkuat daya tahan alami tubuh bayi. ASI juga
mengandung laktosa, lemak, oligosakarida dan protein yang seimbang. Yang unik,
kandungan nutrisi tersebut sangat mudah dicerna dan diserap oleh pencernaan
bayi. Susu formula yang beredar di pasaran tidak bisa memenuhi semua zat gizi
tersebut dan harganya juga mahal. Untuk produk susu dengan harga murah, satu
bulan bisa mengeluarkan uang sekitar Rp 500 ribu rupiah, Sedangkan untuk produk
yang mahal antara 1 – 2 juta sebulan hanya untuk membeli susu saja, belum untuk
keperluan yang lain. Apalagi jika ketika sedang bepergian dengan si keci.
Tambah ribet lagi. Kita harus mempersiapkan botol susu, termos air panas, dan
alat seabrek lainnya.
Bandingkan
jika kita memberikan si buah hati dengan ASI. Kita tidak perlu repot-repot
membawa berbagai kelengkapan untuk si buah hati. Kita hanya membawa apron untuk
menutupi payudara saat menyusui. Demikian juga dengan makanan pendamping ASI.
Makanan ini diberikan setelah bayi berusia 6 bulan. Dan itu tidak harus kita
memberikan bubur buatan pabrik. Ibu bisa membuat makanan pendamping ASI
sendiri. Sebagai contoh, tepung beras yang dicampur dengan ASI (bubur susu),
nasi tim dengan campuran sayur (wortel, bayam dan lain sebagainya), atau lauk
pauk (daging sapi, daging ayam, ikan laut, dll). Bagi bayi yang diberi ASI,
akan lebih mudah memberikan makanan pendamping ASI dibanding susu formula.
ASI
sedikit atau tidak lancar atau sibuk dengan pekerjaan jangan dijadikan alasan
untuk tidak memberikan ASI. Ibu yang enggan memberikan ASI, biasanya merasa
kurang percaya diri atau kurang mendapatkan dukungan dari tempat pelayanan
kesehatan dan lingkungan. Padahal 1 jam setelah lahir, bayi sudah harus
disusui. Pihak medis juga harus melakukan inisiasi menyusu dini, sehingga bayi
aktif menyusu ke Ibunya. Semua ibu sehabis melahirkan pasti bisa menyusui,
karena produksi ASI sudah ada sejak masa kehamilan. Sejak kehamilan berumur 20
minggu, didalam tubuh sang ibu atau payudara, sudah ada produksi ASI atau
kolostrum, namun belum keluar karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron.
Ketika melahirkan, hormon tersebut berkurang, sehingga hambatan untuk kerja
prolaktin tidak ada. Gerakan memerah dan menghisap dari si bayi merupakan
rangsangan agar produksi ASI semakin banyak. Biasanya produksi awal ASI sekitar
25 cc sehari. Jumlah tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi, karena ketika
baru lahir, lambung bayi hanya seukuran bola kelereng. Setelah tiga hari,
lambung bayi membesar seukuran bola pingpong dan bisa menampung 50-55 cc per
hari. Bukan hanya pada bayi saja manfaat dari pemberian ASI ini, tetapi
bermanfaat juga bagi sang Ibu. Sang Ibu lebih tenang dan bisa terhindar dari
Sindrom Baby Blues, mengurangi pendarahan dan mempercepat proses penurunan
berat badan atau pelangsingan sang Ibu.
Dalam
pelaksanaan pemberian ASI eksklusif dan lanjutan hingga dua tahun, peran sang ayah
harus juga dilibatkan. Disini ayah harus memberikan ibu kesempatan untuk
menyusui dan menciptakan suasana menyenangkan. Ciptakan suasanan senang, tidak stress
dan tidak lelah agar kualitas ASI bagus. Suami atau ayah sebagai orang yang
terdekat dengan istri harus memahami bagaimana menciptakan suasana senang bagi
istri yang sedang menyusui. Ayah atau suami pun bisa membantu pekerjaan rumah
yang biasanya dikerjakan oleh istri agar ibu atau istri tidak mudah lelah.
Sebagai contoh, memandikan atau mengganti popok si buah hati. Atau juga
membantu menggendong si kecil di waktu senggang. Hal tersebut juga bisa
membantu kedekatan antara ayah dengan anak. Selain itu ayah harus juga mau
peduli dengan memberikan motivasi agar si ibu
mau menyusui. Ini dilakukan kepada ibu yang enggan atau sedang mengalami
titik jenuh dalam meyusui.
Didapatkan dari berbagai
sumber.
No comments:
Post a Comment