Penderita harus menjalani transfusi
seumur hidup...
Apa
itu Thalasemia? Yakni dikenal dengan penyakit kelainan genetik. Penyakit ini
digolongkan dalam kelompok penyakit anemia. Untuk penderita kelompok mayor,
haruslah menjalani transfusi darah seumur hidupnya. Yang paling ironis,
penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak.
Penyakit
Thalasemia ini dikenali ketika si anak telah lahir, saat si anak sudah
memunculkan gejala-gejala seperti penyakit anemia lainnya seperti pucat,
gangguan pertumbuhan dan gejala lainnya. Penyakit ini termasuk penyakit
autosomal, menurun namun tidak mengenal jenis kelamin, bisa laki-laki ataupun
perempuan.
Gejala-gejala
anemia yang terlihat itu dikarenakan sel darah merah yang berfungsi membawa
oksigen tidak berumur panjang. Ini karena terjadi kegagalan sintesa rantai
globin, sehingga pecah dan tidak terbentuk.
Ada
tiga tipe dari Thalasemia, yakni Thalasemia Alfa, Thalasemia Beta dan Thalasemia
Gamma. Sementara berdasarkan berat ringannya penyakit terdiri dari minor,
minima, intermedia, dan mayor. Jika penyakit sudah mengarah ke mayor, berarti
penyakit semakin parah dan membutuhkan penanganan khusus, seperti menjalani transfusi darah seumur hidup.
Untuk
tingkat minor, penderita tidak memperlihatkan tanda-tanda penyakit ini, begitu
juga dengan tingkat minima dan intermedia. Ini baru bisa diketahui jika telah
dilakukan pengecekan di laboratorium. Penderita Thalasemia minor hingga
intermedia tidak perlu melakukan transfusi darah, namun juga tidak boleh begitu
saja mengabaikan penyakit ini. Mereka sebagai pembawa atau carrier. Jika tidak
diketahui lalu menikah dengan pembawa atau carrier lainnya dan memiliki
keturunan, maka kemungkinan besar si anak akan menderita Thalasemia mayor.
Thalasemia
mayor/Thalasemia Beta mayor (Mediterarranean anemia) inilah yang menggantungkan
hidupnya pada transfusi, sebab sel darah merah tidak bisa terbentuk sehingga
hemoglobin turun, biasanya hingga dibawah 6. Sementara untuk orang normal
hemoglobin diatas 10. Perbaikan kadar hemoglobin (Hb) inilah yang harus
dilakukan melalui transfuse agar tidakterjadi gangguan tumbuh kembang dan
gangguan organ tubuh lainnya.
Jika
transfusi ini dilakukan secara terus menerus, maka tubuh penderita akan
kelebihan besi (Fe) dan dapat meracuni tubuh atau dikenal dengan Hemosiderosis.
Akibat yang muncul seperti kerusakan jaringan tubuh, disfungsi dan kegagalan
organ pada hati (sirosis hepatis), jantung (kardiomiopati, gagal jantung), pankreas
dan penyakit lainnya.
Untuk
mengatasi kondisi ini diperlukan lagi pengobatan lainnya yang berfungsi untuk
mengeluarkan kadar besi dan tentunya memakan biaya yang cukup besar. Penyakit
Thalasemia ini tidak bisa disembuhkan, namun tetap bisa diantisipasi.
Selama
ini, pemeriksaan premarital kurang menjadi prioritas bagi calon pasangan yang
akan menikah. Mereka lebih memikirkan persiapan prewedding dan persiapan lainnya.
Padahal perkawinan sesama pembawa sifat Thalasemia menjadi penyebab utama
munculnya penderita Thalasemia. Nah, untuk mencegahnya cara satu-satunya adalah
melakukan premarital. Pemeriksaan kesehatan sebelum menikah sangatlah penting
untuk memastikan tidak ada sesama pembawa sifat Thalasemia menikah. Jika sampai
menikah, potensi melahirkan penderita Thalasemia sebesar 25 persen. Karena,
pembawa sifat Thalasemia, khususnya Thalasemia minor baru bisa diketahui dari
pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan
premarital janganlah diabaikan, sebab jika telah menikah dan memiliki anak yang
ternyata penderita Thalasemia, maka penyakitnya tidak bisa disembuhkan serta
harus memiliki perawatan khusus. Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan
penderita ini juga sangat besar. Sementara jika sudah terlanjur memiliki anak
yang menderita Thalasemia, pihak keluarga harus memberikan perhatian lebih,
khususnya bagi anak yang masih sekolah.dan pihak sekolah harus diberitahu
tentang kondisi anak, sehingga ada batasan untuk mengikuti kegiatan diluar
karena si anak akan cepat lelah.
Guru
harus bisa memahami apabila si anak sering tidak dapat mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Sesama orang tua penderita juga perlu saling berdiskusi untuk
saling member saran dan support demi kebaikan kondisi anak.
Orang
tua yang memiliki anak yang menderita Thalasemia terutama Thalasemia mayor,
harus selalu waspada dan memperhatikan gejala serta perubahanyang terjadi pada
anaknya. Jika didapatkan anaknya tampak pucat dan lemas yang disertai badan
panas, sebaiknya segera dibawa ke Rumah Sakit atau Puskesmas.
Karena
penderita Thalasemia mayor sangat tergantung dengan transfusi darah, untuk
makanan sehari-hari juga harus diperhatikan. Jangan memberikan makanan yang
mengandung zat besi tinggi seperti telur, daging merah, hati dan sayur bayam.
Hal itu malah akan menambah kelebihan besi dalam tubuh penderita. Begitu juga
jika akan memberikan susu pada penderita, perlu diperhatikan kandugan zat
besinya. Sebaiknya cari susu yang kandungan zat besinya rendah sekali, karena
secara normal, pengeluaran besi dari tubuh sedikit sekali. Jadi tindakan transfusi
dapat menyebabkan penumpukan besi dalam tubuh penderita.
Didapat
dari berbagai sumber……
No comments:
Post a Comment