Sikap
manja cenderung melekat pada anak tunggal. Hal itu bisa terjadi karena
berlimpahnya perhatian dari orang tuanya. Ini nantinya yang akan menjadi
masalah kelak dikemudian hari. Terkadang ketika orang tua sering memberikan
perhatian, jarang sekali orang tua melupakan tuntutan yang dalam spesifik
artinya yaitu mendisiplinkan. Kebanyakan treatment dari orang tua terhadap anak
tunggal terlalu longgar atau terlalu di berikan banyak toleransi. Jika hal tersebut
terjadi, maka yang terjadi adalah anak akan tumbuh seenaknya. Anak tidak tahu
bahwa ada batasan yang tidak boleh dilanggar. Harus ditanamkan adanya sikap
menghormati dan menghargai sesama.
Mendisiplinkan
anak harus dimulai sejak dini. Usia dibawah 10 tahun adalah masa krusial dalam
pembentukan karakter anak. Di masa itu kita mengajari anak bagaimana caranya
untuk bersikap lebih sabar, bisa berbagi dengan orang disekitarnya dan tidak
egois. Sebagai anak satu-satunya dalam keluarga, kondisi yang harus dihadapi
adalah dia tidak mempunyai teman berbagi. Nah, untuk mengenalkan konsep berbagi
sejak dini, orang tua bisa melatih anak berbagi dengan penghuni rumah, misalnya
dengan sopir keluarga atau pembantu yang ada di rumah. Bisa pula dengan anak
tetangga, teman mainnya. Disamping itu, kenalkan dia dengan lingkungan
pergaulan. Perlu ada sosok kakak atau adik serta teman sebaya. Itu bisa didapat
dari saudara sepupu atau teman di lingkungan sekolah maupun rumah.
Jika
si anak di usia sekolah, ikutkan dia dalam kegiatan yang banyak bersosialisasi,
seperti kegiatan kepramukaan satu misal. Kegiatan itu bermanfaat untuk melatih
jiwa tolong menolong dan berbagi dengan yang lain. Dari situ, anak juga bisa
belajar untuk tidak mengutamakan kepentingan sendiri. Orang tua harus juga
member contoh kepada anak membiasakan kata kunci seperti, maaf, tolong, terima
kasih. Kata-kata tersebut juga bermanfaat dalam pembentukan karakter si anak
tunggal untuk selalu menghargai orang lain dan tidak bersikap egois atau
seenaknya terhadap lingkungan sekitar. Dan yang paling penting adalah
konsistensi orang tua dalam pemberian contohnya. Bila masa krusial 0-10 tahun
itu telah lewat, maka kita akan lebih sulit lagi dalam membentuk karakter anak.
Bila si anak tidak berkarakter, maka dia akan menjadi monster, menjadi
pemberontak, dan pemanja. Apa itu keinginan kita sebagai orang tuanya?
Cara
memberikan perhatian dan sekaligus membentuk karakter anak hanya bisa dilakukan
apabila orang tua memiliki waktu. Dengan waktu yang longgar, ayah dan bunda
bisa merancang berbagai aktifitas bersama si anak. Anak tunggal yang kedua
orang tuanya bekerja tentu akan merasa kesepian di rumah. Kita harus waspada
jika si anak menjadi anak yang pemurung karena merasa tidak memiliki teman
untuk berkomunikasi. Jadi usahakan, luangkanlah waktu untuk si anak. Dan ketika
pada rentang waktu orang tua bekerja, pastikan si anak mempunyai teman. Bisa
kakek atau neneknya, bisa saudara atau teman-temannya. Itu bertujuan agar si
anak tidak merasa kesepian.
Waktu
luang bersama si anak bisa kita manfaatkan untuk melakukan kegiatan bersama
yang bertujuan untuk menanamkan norma dan membentuk karakter anak. Sebagai
contoh, ajak anak kita ke panti asuhan utuk mengajarkan bagaimana cara
menghargai sesama. Orang tua juga jangan ketinggalan dengan perkembangan
teknologi. Harus selalu update, sebab anak-anak sekarang selalu update dengan
teknologi. Ini perlu karena orang tua harus memberikan batasan dan pengawasan
kepada anak-anak. Tidak apa-apa si anak main internet atau game asal tugas
utamanya yaitu belajar telah diselesaikan. Jadi jangan terlalu pasif hingga
anak kecanduan dengan teknologi tersebut.
Didapat dari berbagai
sumber…….
No comments:
Post a Comment