Jakarta – Akhirnya tuntas juga privatisasi
tiga BUMN. Hal ini terjadi setalah Komis XI DPR RI menyetujui privatisasi PT.
Kertas Padalarang (Persero), PT. Primissima (Persero), dan PT. Sarana Karya
(Persero). DPR RI setuju dengan program privatisasi yang telah diusulkan
pemerintah kepada tiga BUMN tersebut agar kinerja mereka semakin meningkat. Hal
ini diungkapkan oleh Wakil Ketua Komisi XI , Zulkieflimansyah saat kerja dengan
Menteri Keuangan Agus Martowardojo di DPR (24/10).
Proses
dari privatisasi tersebut dilakukan untuk menyelamatkan tiga BUMN dilakukan
bertahap, mulai dari pembahasan internal Kementrian BUMN, kemudian melibatkan
Kementrian Keuangan selaku Bendahara, kemudian ke Komisi VI DPR RI yang membidangi
BUMN, serta Komisi XI DPR RI yang membidangi masalah keuangan.
Privatisasi
merupakan strategi dari pemerintah untuk memperbaiki kinerja tiga BUMN yang
buruk dan permodalannya bahkan sudah negatif. “Kami juga mendukung rencana
Kementrian BUMN untuk privatisasi agar tiga BUMN tersebut bisa meningkatkan
daya saingnya”, kata Agus. Dalam skema privatisasinya, pemerintah akan melepas
100 persen saham PT. Sarana Karya, kemudian diserahkan kepada Wijaya Karya,
BUMN lain yang bergerak di sektor konstruksi. Untuk PT. Primissima, pemerintah
akan melepas 52,79 persen sahamnya kepada Gabungan Koperasi Batik Indonesia
(GKBI) Investment yang juga merupakan pemegang saham Primissima. Primissima
adalah BUMN yang bergerak di industri tekstil. Selama ini, kondisi perusahaan
bermasalah karena mesin-mesinnya sudah tua, sedangkan perusahaan tidak memiliki
dana untuk membeli mesin yang baru. Bahkan dari sisi operasional, penyediaan
kapas juga sering terlambat. “Akibatnya margin dan ekuitas perusahaan negative
dalam tiga tahun terakhir’’, paparnya.
Sedangkan
untuk PT. Kertas Padalarang, pemerintah akan mendivestasi 7,74 persen sahamnya
kepada BUMN lain yang memiliki lini bisnis sejalan yakni Perum Peruri. “Kondisi
kertas Padalarang juga sulit karena mesin-mesin produksi sudah tua dan
perusahaan tidak memiliki modal untuk peremajaannya. Apalagi persaingan di
bisnis kertas saat ini sangat ketat karena bersaing dengan pemain swasta yang
skalanya lebih besar’’ lanjut Agus.
Meski
sudah setuju, Komisi XI DPR RI juga memberikan catatan khusus untuk privatisasi
PT. Sarana Karya. DPR meminta Wijaya Karya yang nantinya menjadi pemegang
saham, agar bisa bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Buton, Sulawesi
Tenggara’, tambah Zulkieflimansyah. (OC)
No comments:
Post a Comment